Pemesanan

SMS/Whatsapp: 08131-555-4445, Email: farida.nursanti@aksiku.com | Contact Person: Farida
"Pengiriman dilaksanakan sehari setelah Pembayaran"
Gunakan Kotak pencarian untuk mencari Judul buku, penulis dan penerbit...

Dalam Mihrab Cinta

www.sahabatbuku.net
www.sahabatbuku.net

www.sahabatbuku.net

www.sahabatbuku.net
Judul: Dalam Mihrab Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Tebal: 328 Halaman
Harga: Rp. 28.000,-
Berat Buku: 279 g
Kulit Muka: Soft Cover Kondisi: Bagus (Buku Bekas/Kondisi fisik sesuai foto)
Penerbit: Republika & Pesantren Basmala Indonesia Tahun: 2010 Cet.1
Bahasa: Indonesia

Sinopsis

Siang itu, Pesantren Al Furqon yang terletak di daerah Pagu, Kediri, Jawa Timur geger. Pengurus Bagian Keamanan menyeret seorang santri yang diyakini mencuri. Beberapa orang santri terus menghajar santri berambut gondrong itu. Santri itu mengaduh dan minta ampun.

"Ampun, tolong jangan pukul saya. Saya tidak mencuri!" Santri yang mukanya sudah berdarah-darah itu mengiba.
"Ayo, mengaku. Kalau tidak kupecahkan kepalamu!" Teriak seorang santri berkoplah hitam dengan wajah sangat geram.
"Sungguh, bukan saya pelakunya." Si Rambut Gondrong itu tetap tidak mau mengaku.

Serta merta dua bogem melayang ke wajahnya. "Nich rasain pencuri!" teriak Ketua Bagian Keamanan yang turut melayangkan pukulan. Si Rambut Gondrong mengaduh lalu pingsan.

Menjelang Ashar, si Rambut Gondrong siuman. Ia dikunci di gudang pesantren yang dijaga beberapa santri. Kedua tangan dan kakinya terikat. Airmatanya meleleh. Ia meratapi nasibnya. Seluruh tubuhnya sakit. Ia merasa kematian telah berada di depan mata.

Di luar gudang para santri ramai berkumpul. Mereka meneriakkan kemarahan dan kegeraman.
"Maling jangan diberi ampun!"
"Hajar saja maling gondrong itu sampai mampus!"
"Wong maling kok ngaku-ngaku santri. Ini kurang ajar. Tak bisa diampuni!"

Ia menangis mendengar itu semua. Sepuluh menit kemudian pintu gudang terbuka. Ia sangat ketakutan. Tanpa ia sadari ia kencing di celana karena saking takutnya. Para santri yang didera kemarahan meluap hendak menerobos masuk. Tapi Lurah Pondok menahan mereka dengan sekuat tenaga. Pak Kiai, pengasuh pesantren masuk dengan wajah dingin.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 
Powered by : Aksikudotcom | Facebook | Twitter
Copyright © 2013. Sahabat Buku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger